REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Nilai transaksi global busana muslim mencapai 96 miliar dolar AS per tahun. Nilai ini terus tumbuh mengingat terdapat peningkatan permintaan busana muslim di pasar Eropa dengan nilai yang menjanjikan, mencapai 1,5 miliar dolar AS per tahun.
Demikian Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian, Fauzi Azis memaparkan dalam sambutan pembukaan Pameran Produk Busana Muslim. "Belakangan industri busana muslim berkembang menjadi industri garmen yang paling menjanjikan dan membentuk pasar tersendiri. Ini terobosan di tengah kelesuan sektor riil," katanya, Selasa (27/7).
Menurut Fauzi, saat ini terjadi perubahan paradigma masyarakat terhadap busana muslim. Busana muslim tak lagi dipandang sebagai identitas yang eksklusif namun kini menjadi lebih terbuka bagi semua kelompok muslim di Indonesia. "Busana muslim juga sudah menjadi salah satu ikon bisnis fashion global yang turut digarap perancang terkenal seperti Hermes dan Gucci," ucapnya.
Peningkatan permintaan ini menjadi kabar baik bagi industri nasional, kata Fauzi. Mengingat, perputaran nilai usaha tekstil dan produk tekstil di ASEAN mencapai 87,1 miliar dolar AS pada 2007. Padahal, nilai konsumsinya hanya 20,88 miliar dolar AS. Sisanya, menyerbu pasar ekspor dunia. "Di Inggris saja, nilai transaksi bisnis busana muslim mencapai 150 juta dolar AS," ujarnya.
Karenanya, kata Fauzi, industri busana muslim nasional harus memperhatikan aspek desain yang menjadi faktor daya saing penting dalam produk industri. Produsen lokal harus memperkuat kreativitas yang kaya akan ide-ide baru. "Oleh karena itu dalam mendesain perlu dipikirkan atau melihat tren yang berkembang agar bisa bersaing," ucapnya.
Demikian Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian, Fauzi Azis memaparkan dalam sambutan pembukaan Pameran Produk Busana Muslim. "Belakangan industri busana muslim berkembang menjadi industri garmen yang paling menjanjikan dan membentuk pasar tersendiri. Ini terobosan di tengah kelesuan sektor riil," katanya, Selasa (27/7).
Menurut Fauzi, saat ini terjadi perubahan paradigma masyarakat terhadap busana muslim. Busana muslim tak lagi dipandang sebagai identitas yang eksklusif namun kini menjadi lebih terbuka bagi semua kelompok muslim di Indonesia. "Busana muslim juga sudah menjadi salah satu ikon bisnis fashion global yang turut digarap perancang terkenal seperti Hermes dan Gucci," ucapnya.
Peningkatan permintaan ini menjadi kabar baik bagi industri nasional, kata Fauzi. Mengingat, perputaran nilai usaha tekstil dan produk tekstil di ASEAN mencapai 87,1 miliar dolar AS pada 2007. Padahal, nilai konsumsinya hanya 20,88 miliar dolar AS. Sisanya, menyerbu pasar ekspor dunia. "Di Inggris saja, nilai transaksi bisnis busana muslim mencapai 150 juta dolar AS," ujarnya.
Karenanya, kata Fauzi, industri busana muslim nasional harus memperhatikan aspek desain yang menjadi faktor daya saing penting dalam produk industri. Produsen lokal harus memperkuat kreativitas yang kaya akan ide-ide baru. "Oleh karena itu dalam mendesain perlu dipikirkan atau melihat tren yang berkembang agar bisa bersaing," ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar