Permintaan terhadap batik mengalami peningkatan yang cukup signifikan sejak UNESCO menetapkan batik sebagai budaya asli (non-bendawi) Indonesia pada tanggal 2 Oktober 2009. Pemerintah pun turut mendorong melalui kebijakannya, dengan memberikan peluang usaha berupa pendanaan, saluran promosi hingga kebijakan untuk menggunakan batik sebagai busana resmi, utamanya di hari Jum’at. Permintaan yang tinggi ini turut memberikan kontribusi bagi tumbuhnya produsen baru yang ingin memanfaatkan momentum tersebut.
batik cina |
Jika ditelusuri ke belakang, sebenarnya produk batik buatan Cina sudah lama beredar di pasaran dalam negeri. Sehingga, diberlakukannya AC-FTA, justru akan berdampak pada semakin membajirnya produk batik buatan negeri Jacky Chan tersebut. Tapi, sebenarnya tidak ada masalah karena kain batik asal Cina itu motifnya tidak bagus, kasar, dan kalau dipakai terasa panas di badan, sedangkan kain batik asli Indonesia motifnya bagus, begitu juga kualitasnya.
Dalam dua tahun belakangan ini, dari sekian banyak produk batik, ternyata masyarakat lebih banyak membeli produk batik buatan Cina. Bisa dipahami, hanya sebagian orang yang mengerti batik saja yang dapat membedakan produk batik lokal dan produk batik buatan Cina. Secara fisik, batik lokal dan batik Cina memang terlihat hampir sama. Hanya jika diperhatikan motif batik dan bahannya, hal tersebut dapat dibedakan. Batik Cina lebih banyak menggunakan motif yang tidak memiliki nilai sejarah dan filosofi. Motif tersebut hanya sekedar gambar untuk menghiasi kain, dan tak jarang pula motif yang digunakan merupakan tiruan dari motif-motif batik Indonesia.
Daya tarik batik lokal terletak pada keaslian batik tulisnya. Produk batik Cina kebanyakan merupakan batik printing, yang menjadi kelemahannya tersendiri. Namun, lagi-lagi jika bicara soal harga, batik Cina dijual dengan harga yang relatif jauh lebih rendah dibanding batik lokal. Jika para calon pembeli hanya mencari identitas batiknya saja, maka soal kualitas pun, baik dalam hal motif maupun bahannya, menjadi dinomor-duakan.
Belum lagi masalah identitas. Banyaknya produk batik Cina yang masuk ke pasar domestik menjadikan citra kekhasan batik menjadi bercampur aduk. Hanya di tempat-tempat dan daerah-daerah tertentu saja, batik lokal asli dapat ditemui. Oleh karena itu, lagi-lagi peran pemerintah dalam melindungi industri dalam negeri begitu diperlukan. Jangan sampai, batik, yang telah diperjuangkan di dunia internasional sebagai warisan budaya Indonesia, menjadi rusak nilai keasliannya.
Bagi para konsumen, mestinya hati-hati dalam memilih batik. Setidaknya, ada cara sederhana dalam mengidentifikasi batik agar kita tidak salah memilih batik yang akan kita beli:
1. Melihat bentuk fisik motif. Untuk batik tulis ornamen atau motif tidak terdapat pengulangan bentuk. Misalnya ada motif daun satu serupa dengan motif daun lainnya. Pasti bentuknya tidak asimetris. Batik tulis ada dua jenis yakni tulis full dan sebagian. Cap terjadi pengulangan bentuk motif, sedangkan lukis biasanya berupa goresan dengan tekstur kasar, sedangkan printing banyak terjadi pengulangan yang simetris karena dikerjakan dengan mesin dimana 1 kali proses dapat menghasilkan batik ratusan.
2. Melihat motif pada bagian dalam pakaian. Cara sederhana ini untuk mengidentifikasi apakah batik itu kategori batik atau tidak. Jika warna bagian dalam dan luar pakaian sama maka batik yang anda beli termasuk kategori asli. Sedangkan jika bagian dalam lebih pudar dari bagian luar maka batik anda termasuk kualitas kurang baik, alias bukan batik melainkan kain printing bermotif batik.
Semoga apa yang kita korbankan untuk membeli batik tidak sia-sia dan kita benar-benar mengetahui jenis batik yang kita gunakan. Biasanya jika penjual yang baik pasti akan menjelaskan bagaimana kain batik yang akan dijual ke pembeli. selamat menikmati batik.
(dari berbagai sumber)
(dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar